Perayaan Hari Pattimura ke-192 IKM Jateng
Satu Gandong, Satu Tanah Air Indonesia
sahureka reka gaba-gaba ampa bua
kalo nona sayang beta
mari dekat dekat jua
malayo malayo malayo
mala ditingal mala ditanjong tanjong yo
mala ditingal mala ditanjong tanjong yo
Tari dan lagu bertajuk ''Sahureka-reka'' yang dibawakan sejumlah muda-mudi Maluku menjadi pembuka yang manis Perayaan Hari Pattimura ke-192 tahun 2009 yang digelar Ikatan Keluarga Maluku (IKM) Jateng, Minggu (24/5).
Empat orang pria memegang galah dari bambu rangkap bersilang. Dengan irama: prak-prek, galah di tangan kanan dan kiri saling memukul. Lalu empat orang gadis berputar-putar sembari meloncat-loncat di sela-sela galah yang beradu. Panas mentari yang menusuk, tak mengusik konsentrasi dan keceriaan mereka.
Begitu para penari yang adalah mahasiswa UKSW itu masuk arena, sontak para penonton merangsek maju. Memberi aplaus meriah pada atraksi nan dinamis itu. Halaman DPRD Jateng yang menjadi tempat perhelatan tersebut, nyaris menjadi 'milik' sekitar 500 orang Maluku yang hadir pada acara itu.
Suasana berubah menjadi sangat khas Maluku. Dengan canda-tawa dan teriakan khas orang Maluku yang dikenal sangat terbuka dan egaliter. Suasana halaman DPRD menjadi 'Maluku banget', seperti idiom khas anak muda sekarang.
Peringatan Hari Pattimura yang jatuh pada setiap tanggal 15 Mei setiap tahunnya, menjadi ajang refleksi bagi warga Maluku, termasuk yang berada di perantauan untuk mengenang semangat juang dan heroisme Kapitan Pattimura yang berhasil merebut dan menduduki benteng Duurstede di Saparua dari tangan penjajah Belanda, pada 15 Mei.
Selain itu, perhelatannya menjadi ajang temu kangen dan silaturahmi antarwarga. Di perantauan, ajang temu kangen itu menjadi sangat begitu terasa karena jarang bertemu akibat kesibukan masing-masing.
Salah satu tokoh penasihat Ikatan Keluarga Maluku (IKM) Jateng, AKBP Benone Jesaja Louhenapessy menuturkan, perayaan Hari Pattimura menjadi refleksi bagi masyarakat Maluku untuk dapat meneruskan semangat juang yang telah ditunjukkan Pattimura, bukan lagi melawan penjajahan bangsa asing, melainkan untuk mengisi kemerdekaan dengan berbagai kegiatan yang memberikan konstribusi positif bagi pembangunan bangsa.
''Tema yang dipilih panitia, yakni 'Membangun Persaudaraan Satu Gandong, Satu Tanah Air Indonesia' sangat tepat, untuk mengingatkan dan menyadarkan bahwa orang Maluku itu pada prinsipnya adalah satu kandung, satu keluarga, sekaligus juga mempertegas sikap nasionalisme orang Maluku tetap satu bangsa dala wadah NKRI,'' tegas Beno yang menjabat Kapolres Semarang Timur tersebut.
Ketua Panitia Denny Tulaseket menambahkan, sama seperti peringatan tahun lalu, peringatan tahun ini juga didahului upacara tabur bunga di Taman Makam Pahlawan (TMP) Giri Tunggal Semarang pada 15 Mei lalu. Puncak peringatan digelar sekaligus dalam berbagai acara, mulai dari ronda-ronda (jalan santai), pentas budaya Maluku, lomba mewarnai anak-anak, pembagian doorprize, dan diakhiri tradisi makan patita bersama.
Peringatan ini sekaligus menjadi momen ulang tahun pertama IKM Jateng yang lahir tepat pada 15 Mei 2008. ''Kalau manusia, IKM masih bayi, belum bisa berbuat banyak. Namun, kita tetap berupaya agar tetap eksis dan mempersatukan banyak saudara asal Maluku yang bermukim di Jateng,'' tegas Denny.
Ketua IKM Jateng, John Richard Latuihamallo menyatakan, peringatan tahun ini dirayakan secara lebih sederhana berbeda dengan tahun lalu yang sangat meriah. Hal itu terkait kondisi ekonomi di Tanah Air yang masih belum membaik.
''Kendati dalam kesederhanaan, namun tidak mengurangi antusiasme warga Maluku karena yang datang tetap banyak. Itu menunjukkan bahwa dalam kondisi apapun orang Maluku tetap rindu bertemu dan berkumpul sebagai sesama saudara, satu keluarga,'' tegasnya.
Kemeriahan pentas budaya Maluku, selain diisi oleh tari dan lagu 'Sahureka-reka' juga diwarnai atraksi tari Katreji dan polones yang semuanya dibawakan para mahasiswa UKSW asal Maluku.
Pentas budaya juga kian meriah dengan alunan suara merdu sejumlah penyanyi lokal asal Maluku, seperti John Pieter Lasamahu, Ruland Patrouw, Ruben Pattikawa, dan Benone Jesaja Louhenapessy yang ikut menyumbangkan suara merdunya.
Suasana khas Maluku kian lengkap saat makan patita digelar sebagai pungkas acara. Di atas sabua (tenda besar), aneka makanan khas Maluku seperti papeda, ikan kuah kuning, kasbi rebus, ikan cakalang bakar, dan colo-colo pun disajikan dan dalam sekejap habis disantap ratusan orang yang datang manggurebe (saling berebut). Semua berharap, semoga kemeriahan dan suasana keakraban seperti ini tidak lekang oleh waktu. Sebagai basudara satu gandong, Maluku manise....[thenu*]