SALAM BAKU DAPA!

Opa, oma, ade, kaka deng basudara samua! Mari katong bakumpul dalam satu semangat ''satu gandong, satu jantong'' satu tana tumpa dara, Maluku manise! Beda agama, keyakinan, kampong atau apapun itu, akang bukan alasan voor katong bakalai atau bacere!

Our Profile

SEMARANG, JAWA TENGAH, Indonesia
Organisasi ini merupakan wadah berkumpulnya warga Maluku yang berdomisili di Jawa Tengah dari berbagai latarbelakang sosial, ekonomi, agama/keyakinan dan profesi, yang bersatupadu untuk membangun komunikasi dan silaturahmi yang intens dan kuat demi masa depan Jawa Tengah dan Maluku yang lebih baik. Keanggotaan bersifat terbuka, bagi siapapun mereka yang memiliki darah/keturunan Maluku, kendati lahir di manapun. Blog ini merupakan blog resmi yang dimiliki IKM Jateng yang merupakan organisasi kemasyarakatan nirlaba yang merupakan ajang silaturahmi, komunikasi dan kekerabatan diantara warga asal Maluku yang berada di seantero Jawa Tengah

September 16, 2008

Berita-berita IKM di Media Massa (1)

Semangat Pattimura untuk Ikatan Kekerabatan dan Persaudaraan di Perantauan

Kedamaian dan keharmonisan hidup yang pernah terkoyak di Maluku tampaknya tidak berlaku di perantauan. Warga asal Maluku yang telah merantau dan telah bertahun-tahun menetap dan berdomisili di Semarang dan kota-kota sekitarnya, dapat merasakan ikatan kekerabatan dan persaudaraan yang utuh dan tulus, tanpa memandang latarbelakang kedaerahan maupun keyakinan.

Kuatnya ikatan kekerabatan dan persaudaraan itu terlihat jelas saat ribuan warga asal Maluku di Jawa Tengah menghadiri puncak peringatan Hari Pahlawan Nasional Kapitan Pattimura di Semarang, Jumat (16/5) malam lalu, tepat saat Rakyat Saparua dipimpin Pattimura berhasil merebut Benteng Duurstede, 191 tahun silam.

Hampir seribu orang memadati gedung pertemuan Admiral di Jalan Ki Mangunsarkoro, tempat acara itu digelar oleh Ikatan Keluarga Maluku (IKM) Jawa Tengah. Suasana bangga dan haru bercampuraduk di hati warga Maluku.

Bangga, sebab inilah puncak peringatan terbesar dan termewah yang pernah digelar, setelah sempat vakum selama empat tahun. Terharu, karena acara dihadiri ribuan warga asal Maluku dari berbagai kota di Jateng, seperti Semarang, Salatiga, Kendal, Pati, Pekalongan, Solo, Purwokerto dan Cilacap. Berkumpul dan menyatu dalam sebuah ikatan kekerabatan dan persaudaraan, tanpa pembatas bernama agama atau wilayah. Semuanya menjadi satu, sebagai keluarga Maluku.

Ketua IKM Jateng, John Richard Latuihamallo, mengungkapkan, puncak peringatan HUT ke-191 Pahlawan Nasional Pattimura di Jawa Tengah, menjadi titik awal bagi warga asal Maluku di Jateng untuk bersatu, menyamakan persepsi, visi dan misi dalam satu wadah bernama IKM Jateng.

Pembentukan IKM Jateng, kata pria yang berprofesi sebagai pengacara ini, bukan saja upaya menyatukan seluruh komponen warga asal Maluku di Jateng, melainkan juga untuk bersama-sama bergandengan tangan untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan di Jawa Tengah.

''Seperti peribahasa, di mana bumi dipijak, distu langit dijunjung. Acara ini sekaligus merupakan ajakan bagi seluruh komponen warga Maluku di Jateng untuk bangkit dan bergandengan tangan berbuat sesuatu bagi pembangunan di provinsi ini,'' tegas John.

Senada dengan John, sesepuh masyarakat Maluku di Semarang, JA Luturyali, mengatakan, semangat juang Kapitan Pattimura dalam melawan penjajah Belanda menjadi modal bagi generasi muda Maluku, termasuk yang berada di perantauan, untuk bekerja keras membangun bangsa dan negara demi masa depan yang lebih baik.

Warga Maluku baik di Maluku maupun di perantauan, menurut Oom Odang, panggilan akrab Luturyali, jangan lagi terjatuh dalam lubang yang sama untuk kali kedua. Sudah cukup darah, nyawa dan airmata tertumpah sia-sia di Maluku akibat konflik yang hingga kini tak jelas akar penyebab maupun dalangnya itu.

''Saya pikir orang Maluku tak akan mau jatuh dua kali di lubang yang sama. Untuk itu, mari bangkit dan lupakan konflik dan tragedi masa silam. Kita kubur dalam-dalam, dan menatap masa depan yang lebih baik, bekerjasama sebagai satu saudara membangun keharmonisan dan ikatan kekeluargaan warga Maluku di perantauan,'' tegas dosen di sebuah PTS di Semarang ini.

Di Semarang, saat ini terdapat sekitar 1.500 kepala keluarga (kk) warga asal Maluku. Sedangkan komunitas warga Maluku terbesar kedua setelah Semarang adalah di Salatiga, dengan 200-an kk, ditambah sekitar 400-an mahasiswa asal Maluku yang kuliah di UKSW.

Selebihnya tersebar di beberapa kota di Jateng. Bagi Bambang Naing, ketua panitia penyelenggara Hari Pattimura, peringatan tahun ini merupakan sejarah bagi warga Maluku di Jateng. Betapa tidak, dia yang puluhan tahun selalu menjadi panitia merasakan tahun ini yang paling berat.

''Berat, karena ternyata perlu dana yang paling besar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Bayangkan tahun ini biayanya mencapai Rp 150-an juta. Beruntung, donatur dari berbagai pihak mengalir, sehingga acara ini dapat terselenggara dengan baik,'' ujar pria asal Ternate ini.

Namun, biaya yang cukup mahal itu, agaknya terbayar lunas dengan antusiasme dari warga Maluku. Mereka datang dari berbagai kota, dengan semangat dan kerinduan akan ikatan kekerabatan sebagai satu keluarga.

Peringatan Hari Pattimura diisi rangkaian kegiatan, yakni ronda-ronda atau jalan sehat yang diikuti sekitar 500 warga Maluku pada 11 Mei, dan upacara tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal Semarang 15 Mei lalu.

Antusiasme warga Maluku juga spontan terlihat saat artis kawakan asal Ambon, Yoppie Latul yang tampil riang membawakan lagu-lagu Ambon populer. Maka teriakan para kawula muda Maluku pun terdengar bersahut-sahutan, sembari membidik tingkah polah Yoppie dari kamera ponsel mereka. ''Wah, asyik, kalau tiap tahun digelar acara seperti ini, biar meriah tambah artisnya, he he,'' ungkap Yolanda Siegers, mahasiswi sebuah PTS di Semarang.

Kehadiran Yoppie Latul memang manjur. Penyanyi yang telah merilis puluhan album lagu-lagu populer Ambon itu dapat menggairahkan suasana. Terbukti, ribuan tamu larut dalam kebahagiaan pesta dansa yang sangat khas Maluku. Saat lagu Gandong berkumandang, maka air mata pun tumpah.

Jangan sampai keharmonisan dan ikatan kekerabatan yang kini sudah pulih di Maluku kembali dikoyak oleh orang-orang tak bertanggung jawab. Perdamaian abadi di Maluku menjadi sebuah keniscayaan yang harus diperjuangkan bersama warga Maluku, termasuk doa dan seruan moral dari mereka yang berada di perantauan. [SP/Stefy Thenu]

Dimuat di Harian Umum Suara Pembaruan, 22 Mei 2008

0 comments:


About This Blog



About This Blog

  © Free Blogger Templates Spain by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP