SALAM BAKU DAPA!

Opa, oma, ade, kaka deng basudara samua! Mari katong bakumpul dalam satu semangat ''satu gandong, satu jantong'' satu tana tumpa dara, Maluku manise! Beda agama, keyakinan, kampong atau apapun itu, akang bukan alasan voor katong bakalai atau bacere!

Our Profile

SEMARANG, JAWA TENGAH, Indonesia
Organisasi ini merupakan wadah berkumpulnya warga Maluku yang berdomisili di Jawa Tengah dari berbagai latarbelakang sosial, ekonomi, agama/keyakinan dan profesi, yang bersatupadu untuk membangun komunikasi dan silaturahmi yang intens dan kuat demi masa depan Jawa Tengah dan Maluku yang lebih baik. Keanggotaan bersifat terbuka, bagi siapapun mereka yang memiliki darah/keturunan Maluku, kendati lahir di manapun. Blog ini merupakan blog resmi yang dimiliki IKM Jateng yang merupakan organisasi kemasyarakatan nirlaba yang merupakan ajang silaturahmi, komunikasi dan kekerabatan diantara warga asal Maluku yang berada di seantero Jawa Tengah

September 17, 2008

Kisah tentang Pela Hatumari

Cerita tentang perjanjian persaudaraan (pela)
Antara negeri-negeri Tamilou, Hutumuri, dan Sirisori

I. Penduduk gunung batu di Hatumeten.
Pada permulaan abad yang keenambelas adalah dua orang laki bini berdiam pada
gunung batu dinegeri Hatumeten (dibahagian selatan Pulau Serang). Mereka itu
mempunyai 3 orang anak laki2, yaitu: yang sulung bernama Temanolle, yang
tengah bernama Simanolle, dan yang bungsu bernama Silaloi; dan lagi 2 orang
anak perempuan, yang bernama Nyai Intan dan Nyai Mas. Ketika itu ibu bapa dan
anak2nya itu masih kafir.

II. Peperangan di Hote-banggoi.
Sesudah anak2 itu besar, maka terjadilah peperangan antara orang2 Portugis dan
orang2 negeri Hote banggoi (dibahagian selatan Pulau Serang). Waktu itu di
Hote banggoi adalah seorang gadis, yang terlalu amat cantik parasnya, namanya
Nyai Burnama. Banyaklah kapitan diPulau Serang yang ingin kawin dengan Nyai
Burnama itu, sehingga masing2 menunjukkan gagah perkasanya beberapa bulan
membantu orang2 Portugis akan mengalahkan orang2 Hote banggoi, tetapi sia2lah
usahanya.
Setelah khabar peperangan itu kedengaran di Hatumeten, maka bermupakatlah
Temanolle, Simanolle dan Silaloi dengan diam2, lalu pada tengah malan (dengan
tidak ketahuan kedua saudaranya perempuan dan ibu bapanya) ketiga turun
kepantai, menolak kora2 (perahu), kemudian berlayar ke Hote banggoi.
Tatkala tiba dipelabuhan Hote-banggoi, maka perahu2 kapitan yang mendahuluinya
sudah penuh sesak dipelabuhan, sehingga perahu ketiga orang bersaudara itu
tidak dapat mendarat. Sebab itu diikatnya perahunya Pada perahu yang
terlebih jauh dilaut, lalu ketiganya meniti pada perahu2 yang lain, sehingga
sampai ketepi pantai.
Mereka itu ditanya oleh kepala Portugis begini: "Dari mana kamu datang dan
kemana hendak pergi?"
jawabnya: "Kami datang dari hatumeten kemari akan membantu orang2 Portugis
berperang melawan orang2 Hote-banggoi."
Kepala Portugis itu bertanya pula: "Bolehkah?"
jawab ketiganya: "Tanggung baik!"
Sudah itu kepala Portugis itu menyerahkan peperangan itu diatur oleh 3 orang
bersaudara itu. Ketiganya mengatur perang itu begini: segala kapitan Patalima
sebelah utara dan semua kapitan Patasiwa sebelah barat, lalu sama2 menyerang
orang2 Hote-Banggoi.
Sesudah berperang 3 hari lamanya, maka tiba2 Temanolle, Simanolle dan Silaloi
meniup kulit bianya, lalu kalahlah orang2 Hote-Banggoi. Terjadilah kesukaan
yang amat besar diantara orang2 yang menang, pesta beberapa hari lamanya,
dibunuh banyak sapi. Ketiga orang bersaudara itu minta makan hati dan jantung
sapi saja.
Ketika berpesta itu Temanolle masuk keluar rumah di Hote-Banggoi, serta
berpakaian seperti orang disitu, rupanya hendak masuk Islam. Hal itu tidak
disetujui oleh Simanolle dan Silaloi, lalu keduanya mengajak Temanolle, supaya
ber-sama2 keluar dari Hote-Banggoi, berlayar ke Ambon. Sesudah sepakat, maka
mereka menyatakan maksudnya kepada kepala Portugis itu.

III. Perangkatan dari Hote-Banggoi ke Hatumari.
Setelah perahunya dicap oleh kepala Portugis itu dengan No. 16, maka
berangkatlah mereka itu dari pelabuhan Hote-Banggoi, berlayar menyusur pantai
Pulau Serang, sehingga tiba dipelabuhan Sinau, lalu ketiganya naik kenegeri
Hatumari.
Disitu kelakuan Temanolle sebagai di Hote-Banggoi juga, serta tidak mau
berangkat lagi. Sebab itu Simanolle dan Silaloi bermupakat akan berangkat
meninggalkan saudara yang sulung itu.

IV. Perjanjian di Hatumari.
Sebelum berCerai, maka ketiganya naik keperahu, ikat tiga jari kelingking
tangan kirinya dengan tulang daun seribu, belah ujung2 jari itu, tiriskan
darahnya kedalam sebuah mangkuk kayu, lalu ketiganya minum dan bersumpah:
"Yang satu tidak boleh lupa atau menggagahi yang lain. Siapa yang melawan
perjanjian ini, dikutuki Tuhan Allah sampai kepada pupu yang kedua, ketiga dan
keempat."
Sesudah berjanji demikian, maka yang sulung turun kedarat, tinggal di
Hatumari, yang kemudian dipindahkan diubahkan namanya menjadi Musitoa Amalatu
atau Tamilou.

V. Perangkatan dari Hatumari ke Hatuila.
Yang tengah dan bungsu berlayar ke-pulau2 Lease. Sementara berlayar,
bertiuplah angin ribut dan turunlah hujan lebat, sehingga tidak kelihatan
darat. Keduanya berhanyutan dibawa angin dengan sangat kedinginan. Mereka
itu kemalaman dilaut.
Setelah siang hari, maka perahunya terkandas di Hatuila atau labuhan Ananas,
dibelakang tanjung Ouw. Yang bungsu, yaitu Silaloi, tidak mau berlayar terus
lagi. Ia memberi selamat berlayar kepada saudaranya yang tengah, lalu naiklah
ia kedarat hingga sampai kesepohon beringin besar. Diperusahnya tempat
diamnya disitu dan tempat itu dinamainya Elhou.
Kemudian datang juga banyak orang dari lain2 tempat kesitu dan akhirnya
negeri itu dipindahkan tempatnya, serta dinamai Louhata Amalatu atau Sirisori.
Kerena agama, maka dalam tahun 1717 terpaksalah negeri itu terbahagi dua,
yaitu Sirisori Serani dan Sirisori Islam, satu-satu dengan pemerintahnya
sendiri.

VI. Perangkatan dari Hatuila ke Wai Yori.
Sesudah yang bungsu naik kedarat, maka yang tengah, yaitu Simanolle, berangkat
dari Hatuila, menuju pulau Molana, terus keteluk Baguala, singgah di Wai Yori.
Temmpat singgahnya itu sekarrang dinamai Hutumuri keCil.
Dari situ ia naik kedarat dan tinggal di Leunusa, yang kemudian dipindah
tempatnya sertai dinamai Siwa Samasuru Amalatu atau Hutumuri.

VII. Dua saudara perempuan pergi menCari 3 saudara laki2.
Nyai Intan dan Nyai Mas serta ibu bapanya amat berdukaCita, karena Temanolle,
Simanolle dan Silaloi sudah lama belum kembali. Sebab itu Nyai Intan dan Nyai
Mas meminta izin kepada ibu bapanya, lalu keduanya naik sebuah perahu, pergi
mencari ketiga saudaranya laki2 itu.
Setelah sampai di Hote-Banggoi, mereka turun bertanya. Maka dikhabarkan
orang, bahwa ketiganya sudah berlayar ke Ambon.
Kedua orang perempuan itu berangkat pula, berlayarr menyusur pantai.
Ketika sampai dipelabuhan Sinau, tampaklah asap api didarat, lalu mereka naik
ke Hatumari, kebetulan bertemu dengan kakaknya yang sulung, yaitu Temanolle,
yang sudah berpakaian Cara orang Islam dan telah mengganti namanya menjadi
Kora.
Sesudah mendapat khabar dari Temanolle bahwa Simanolle dan Silaloi sudah terus
ke Ambon, maka berlayarlah dua orang perempuan itu, ssehingga singgah di
Nusalaut. Keduanya mendapat keterangan dari seorang laki2 yang bernama
Berhitu, bahwa dua orang laki2 itu tidak ada disitu. Sebab itu berangkatlah
dua orang perempuan itu menyeberang kepulau Saparua, singgah dipelabuhan
Hatuila, kebetulan bertemu dengan saudaranya laki2 yang bernama Silaloi, lalu
ketiganya naik ber-sama 2 kenegeri Elhau, tinggal disitu beberapa hari
lamanya. Silaloi menceritakan bahwa Simanolle sudah terus ke Ambon.
Pada suatu hari, tiga orang bersaudara itu turun ke Hatuila, lalu dua orang
perempuan itu berlayar menuju kesebelah kiri pulau Molana, kemudian angin
timur mengantar keduanya keteluk Baguala, singgah di Wai Yori. Disitu mereka
bertemu dengan saudaranya laki2 yang bernama Simanolle, lalu ketiganya naik
kenegeri Leunnusa, tinggal disana dengan kesenangan beberapa lamanya.

VIII. Nyai Intan dan Nyai Mas kawin.
Ketika kapitan Bakarbessy, di Waai, mendengar khabar bahwa ada 2 orang gadis
yang elok perasnya di Leunusa, maka pergilah ia kesana meminta Nyai Intan akan
menjadi isterinya. Permintaannya itu dikabulkan, lalu mereka kawin. Kemudian
keduanya pergi ke Waai.
Kapitan Manuhutu di Haria meminta juga Nyai Mas akan menjadi isterinya.
Permintaannyapun diluluskan, lalu keduanya kawin. Sudah itu mereka pergi ke
Haria.

IX. Orang Portugis membakar negeri Leunusa.
Makin lama makin ber-tambah2 banyaknya orang yang datang dan tinggal dinegeri
Leunusa.
Pada suatu hari adalah seorang perempuan dari negeri itu, yang bernama Taina
Matutan Souhuwat, turun kepantai akan mengambil air laut. Ia dituruti oleh
seekor anjing. Tiba2 datanglah sebuah kapal Portugis, lalu berlabuh
dipelabuhan Hunilait. Ketika orang2 kapal itu turun kedarat, maka perempuan
itu lari bersembunyi didalam pelepah rumbia.
Melihat anjing itu, maka orang2 Portugis itu tahu bahwa disitu ada orang.
Sebab itu mereka mencari sehingga mendapat peremppuan itu, lalu dipaksa
menunjukkan jalan kenegerinya. Karena ber-ulang2 dipaksa, tetapi ia tiada
mau, maka ia di-palu2 dan di-celup2 dalam air laut, sehingga akhirnya ia
menunjukkan jalan itu.
Tempat perempuan itu disengsarakan, kemudian dinamai Toisapu (=pukul-celup).
Setelah orang2 Portugis itu sempat ke Leunusa, maka penduduk negeri itu
melawan, tidak mau turun kepantai. Sebab itu negeri itu dibakar, sehingga
penduduknya terpaksa lari melindungkan dirinya. Yaitu 70 rumahtangga ke Passo
dan 100 rumah tangga ke Siwa Samasuru, dibawah perintah Latu Tampedor.

X. Panaskan perjanjian persaudaraan (pela) di Toisapu.
Pada suatu ketika Temanolle berangkat dari Hatumari, berlayar ke Hatuila, lalu
naik kedarat mendapatkan Silaloi di Elhau. Keduanya ber-sama2 turun ke
Hatuila, lalu berlayar ke Wai Yori, sudah itu naik ke Leunusa mendapatkan
Simanolle.
Setelah tinggal beberapa lamanya di Leunusa, maka pada suatu hari turunlah
ketiganya ke Toisapu. Disitu masing2 menyatakan perubahan nama dan tempat
tinggalnya. Yaitu Temanolle alias Kora di Hatumari (kemudian berpindah ke
Musitoa Amalatu atau Tamilou). Simanille***** alias Kore di Leunusa (lalu
berpindah ke Siwa Samasuru Amalatu atau Hutumuri). Dan Silaloi alias Korale
di Elhau (akhirnya berpindah ke Louhata Amalatu atau Sirisori).
Sudah itu, ketiganya mengulangkan atau memanaskan pula perjanjiannya yang di
Hatumari itu.

XI. Mengirimkan tanda mata.
Setelah memberi selamat tinggal kepada Simanolle, maka berangkatlah Temanolle
dan Silaloi dari pelabuhan Hunilait, sedang Simanolle pulang ke Leunusa (lalu
berpindah ke Siwa Samasuru Amalatu).
Sementara pelayarannya, mereka bermupakat akan mengirimkan tanda mata kepada
saudaranya dinegeri Siwa Samasuru Amalatu itu. Yaitu Temanolle akan
mengirimkann pohon tebu rotan serumpun dan Silaloi mau mengirimkan pohon sagu
serumpun.
Setiba dipelabuhan Hatuila, maka Silaloi naik ke Elhau, sedang Temanolle
berlayar terus ke Hatumari.
Kemudian Temanolle dan Silaloi masing2 mengirimkan tanda matanya kepada
Simanolle, dihanyutkan saja dilaut. Maka bahagian kiriman itu, yang tiba
kedarat sebelum siang, menjadi pohon tebu dan pohon sagu; tetapi bahagian yang
sampai kedarat sesudah siang berubah menjadi pohon tebu2 dan pohon manggi2.
Turunan rempun pohon sagu itu sekarangada dibahagian negeri Rutung; kalau
pohon sagu itu ditebas rumput sekelilingnya, sudah itu ditebang, maka tidak
berisi, meskipun sudah tua.

XII. Peraturan adat.
Menurut peraturan adat orang tua2 pada zaman dahulu, maka penduduk negeri2
Tamilou, Hutumuri dan Sirisori harus ber-tolong2an.
Dan lagi orang laki2 dari salah sebuah negeri itu dilarang bertunangan atau
kawin dengan orang perempuan dari negeri yang sebuah lagi. Barang siapa yang
melanggar larangan itu dihukum denda 9 gung, 9 pinggan batu, 9 kayu kain
putih, 9 kayu kain berang, 9 kain petola, 9 ular mas, 9 peles sopi, 9 tempat
sirih lengkap dengan isinya dan 9 ikatan rokok; atau orang itu disalele
(direbat) dengan daun kelapa yang muda, lalu diantarkan berkeliling negeri
sambil memalu tifa dan gung.
Kalau diingat akan perkawinan turun-temurun dalam tiap2 negeri, maka dapatlah
dipastikan, bahwa semua penduduk negeri Tamilou, Hutumuri dan Sirisori adalah
turunan daripada ketiga moyang itu; jadi terikat pada perjanjiannya.
Ingatlah akan kata orang tua2 yang begini bunyinya: "Berdosa kepada Tuhan
Allah dapat diampuni;tetapi bersalah kepada nenek moyang tidak dapat
diampuni." Jadi kalau melanggar perjanjian itu, maka akan dihukum menurut
peraturan adat; lain daripada itu akan mendapat rupa2 susah dalam kehidupan
juga.

XIII. Tambahan
Dibawah ini adalah ayat2 suat (nyanyian) yang dinyanyikan oleh saudara-saudari
Hutumuri pada tgl. 27 Januari 1948 waktu mereka mulai tiba dinegeri Sirisori
Serani dan lagi pada tanggal 30 Januari 1948 sebelum dan sesudah
menceriterakan perjanjian persaudaraan itu dibalai negeri Sirisori Serani.
No. 1 SUAT KEPATA.
1. Sopo sopo Siwa Samasuru o,
Sopo mulana siwalano sopo (2x).
2. Sopo Musitoa Amalkatu sopo
Sopo mulana siwalano sopo (2x).
3. Sopo Louhata Amalatu sopo,
Sopo mulana siwalano sopo (2x).
4 Sopo aman telu Hote Banggoi tempat
peperangan o, Sopo mulana siwalano sopo (2x).
5. Sopo Hatumari tempat minum darah o,
Sopo mulana siwalano sopo (2x).
6. Timi o waya timi heri o,
Timi heri o tena waya timi heri o (2x).
7. Yori maso mele maso mele mele o,
Lapi2 koni maso mele mele o (2x).
8. Sioh, sioh, sioh laha kona e
Laha kona mele manuale sawa o (2x)
9. Hasa2, hasa maro maro e
Hasa tanjung Ouw, labuang Ananas o (2x).
no. 2 SUAT TANAH.
1. Ada raleng e bumi raleng raleng e,
Louhata Amalatu e bumi raleng.
2. Ada raleng e bumi raleng raleng e
Louhata Sigumala e bumi raleng.
3. Ada raleng e bumi raleng raleng e,
Nulabuang Manuhua e bumi raleng.
4. Ada raleng e bumi raleng raleng e,
Kapitan Pasari e bumi raleng.
5. Ada raleng e bumi raleng raleng e,
Kapitan Patase e bumi raleng.
6. Ada raleng e bumi raleng raleng e,
Kageraka rake bumi e bumi raleng.
7. Ada ilang emara ilang ilang e,
Yupu meme intan e peremata.
8. Ada yaing e puli yaing yaing e,
Upu latu Kesauliy e puli yaing.
9. Ada yaing e puli yaing yaing e,
Upu latu Laya pawaka puli yaing.
10. Ada yaing e puli yaing yaing e,
Yau sopo tapa e puli yaing.
11. Latu Sibori e latu Sibori Sibori e,
Latu sibori, Luhu latu e berekati same.
12. Latu Sibori, e latu Sibori Sibori e,
Latu Sibori, Luhu latu e berekati lesi.
No. 3. SUAT LEUNUSA.
1. Leunusa o Leunusa o,
Auputu o Leunusa o. (2x)
2. Tumbang o hitu tumbang o,
Lili bantu hale hitu tumbang o (2x)
3. Yori maso mele maso mele mele o,
Lapi2 koni maso mele mele o (2x)
4. Sioh, sioh, sioh laha kona e,
Laha kona mele manuale sawa o (2x)
5. Timi o waya timi heri o,
Timi heri o tena labuang Unilai o (2x)
6. Hasa hasa hasa maro maro e,
Tanahlah Naniwel petuwari lete o (2x)
7. Niwel e latu Nusaniwel e,
Hiku rinda hale latu Nusaniwel e (2x)
8. Leitimur o Leitimur o,
Khabarmu cerita Leitimur o (2x)
9. Kapal Anna la o Kapal Anna la o,
Kapal lete latu lua labuang Hunipopu o (2x)
10 Latu Kompania latu kebesaran o,
Latu Kompania latu kebesaran o (2x)
11. Bangsawan rulu heri kota hatu e,
Bangsawan rulu heri Harugajah (*****Jim Collins says "haugajah) o (2x)
12. Latu Sirimau latu Sirimau e,
Kapuri mese mese latu Sirimau o (2x)
13. Tanda surat e tanda surat e,
Latu grati siwa tanda surat e (2x)
14. Sioh, sioh, sioh laha kona e,
Laha kona mele manuale sawa o (2x)
No. 4. SUAT JALAN.
Wele rula tani tea ina leu hale,
Penu penu latu rale hale.
Mutabea upu latu, tabea siwa lima o (2x).
Sopo siwa lima suka rame rame,
Petu jadi latu uli siwa o (2x).
sopo yupu e (2x)
Sopo leo nini ai sopo yupu e (2x).
yana rua lesi wau latu yea o,
yana teru o lesi wau latu yea o (2x).
Lae lana pati lae lana pati e (2x)
Wele Hutumuri latu o,
Sili o Soli latu lete Tamilou o,
O siwa o siwa uli lima o,
Uli lima tasa lena latu telo o (2x).
Ele timi o waya timi heri o
Timi heri o tena waya timi heri o(2x)
Sioh, sioh, sioh laha kona e,
Laha kona mele manuale sawa o (2x).

[sumber: oldmaluku.net. Ditulis oleh A. Sopaheluwakan, dari sumber:Tante Ci Thenu, sekitar 1965].

0 comments:


About This Blog



About This Blog

  © Free Blogger Templates Spain by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP