Info Musik
Zeth Lekatompessy, Legenda Musik dari Ambon
Masyarakat umum mungkin mengira penyanyi pria keturunan Ambon hanya Glenn Fredly, Ello, Broery Pesolima, Bob Tutupoli, Bram Titaley, Harvey Malaiholo atau Utha Likumahuwa. Padahal, begitu banyak bakat besar seni suara asal ibu kota Maluku itu, dari masih usia muda hingga usia veteran semacam Zeth Lekatompessy (66).
Lelaki kelahiran Ambon, 4 Juni 1940 ini malah membuktikan kualitasnya di atas Broery, ketika ikut ajang "Bintang Radio dan TV" di Ambon (1964).Belum puas mengatasi Broery, dia kemudian mengikuti kegiatan serupa di Jakarta yang alhasil dirinya meraih penghargaan penampilan terbaik. Merasa lebih betah tinggal di Ambon, Zeth merajai Bintang Radio dan TV di sana.
Di sepanjang perjalanannya, Zeth disanjung sebagai mahaguru seni suara buat pemuda dan pemudi Ambon yang memiliki bakat nyanyi. Orang-orang muda Ambon punya minat menembus belantara industri musik di Jakarta bagai harus melewati "seleksi pengujian" dari Zeth."Banyak yang singgah kepada saya untuk belajar nyanyi kemudian mereka menjadi penyanyi besar, termasuk Broery dan adiknya, Helmy. Broery dan Helmy sempat saya ajari menyanyi," kenang Zeth.
Memang nama dia masih asing, bahkan sebagian kita tentu mengenal pemusik jazz, Benny Likumahuwa atau komposer Minggus Tahitu dan segera menyapa mereka atau bersalaman saat berjumpa. Sebaliknya, Zeth yang dulu sempat menetap beberapa saat di Jakarta, belum pernah kita mengenalnya hingga kemudian dirinya balik ke Ambon sebagai penyanyi laris dan pernah membentuk grup band bersama Benny di lingkungan komando militer Pattimura, yang juga sempat disinggahi ayah Ello, Minggus Tahitu.
Yang paling pantas dicatat dari eksistensi Zeth, tentu kesetiaannya yang amat sangat pada dunia nyanyi. "Saya pernah mau diangkat menjadi sersan polisi, tetapi saya tetap memilih menjadi penyanyi saja, termasuk menyanyi untuk para polisi," ungkap Zeth dibarengi canda.
Diingatnya saat ia sampai menghibur ke pos-pos polisi yang terpencil di kawasan Maluku. Pilihannya itu juga melalui pertimbangan sikap hidup yang pantang terikat, dan selalu ingin menyanyi bebas ke mana-mana.
Kehidupan dan TuhanKelibatannya di lingkungan musik jajaran militer (Kodam Pattimura), sudah tentu membuatnya jadi akrab (sampai sekarang) dengan para mantan Pangdam Pattimura seperti Wing Wiryawan dan Poniman. Hingga saat ini pun Zeth masih terus diundang untuk menyanyi di berbagai kegiatan seni hiburan di lingkungan militer dan kepolisian.
Pengagum sederet penyanyi legendaris Pat Boone, Matt Monroe dan Nat King Cole itu, disebut-sebut selalu selaras dengan selera kuping dan hati para pejabat jajaran militer dan kepolisian. "Saya masih rutin menyanyi untuk mereka, padahal penyanyi di Jakarta banyak. Tetapi itulah, saya selalu bersyukur kepada Tuhan. Saya terus bisa begini, karena menyanyi buat kehidupan dan Tuhan," sambungnya.Tanggung jawabnya kepada Tuhan dibuktikan Zeth sejak remaja, menyanyi dan memimpin paduan suara gereja hingga sekarang.
"Gereja menjadi tempat latihan utama, selain sesekali saya naik gunung untuk membugarkan tubuh," tambah Zeth yang khusus diundang ke Jakarta oleh kalangan seniman musik asal Ambon, menjelang pemberian penghargaan kepadanya di perayaan Hari Pahlawan Pattimura (Mei 2007).
Di Ambon banyak penyanyi yang kurang diperhatikan nasibnya, ungkap Hellen de Lima selaku penggagas penghargaan khusus untuk Zeth. "Zeth harus dikenal sesuai jasanya di bidang seni suara," imbuhnya.
Penghargaan khusus itu sekaligus sebagai pengakuan total, sambut Ketua Dewan Pembina KCI Enteng Tanamal, bahwa Zeth adalah legenda tokoh senior yang mengabdi bagi artis musik Ambon. (john js)
[sumber: harian sinar harapan, 30 november 2006]
0 comments:
Post a Comment